30 November 2023

Sebelas Tahun Meraih Sakinah

Aku masih duduk di sini, di dalam rumah kita. Memunguti setiap tumpukan pakaianmu di atas kasur yang enggan kau letakkan di keranjang. Aku masih menatap jendela berdebu dan rombongan semut di setiap sudut rumah kita. Hidupku masih berantakan, dan kau menerimanya dengan lapang. 


Kita memang pasangan yang aneh. Kata teman-teman seperti tidak akur. Bahkan seseorang pernah menegurku langsung tentang bagaimana harus meniru sikapmu yang tenang seperti telaga di tengah hutan rahasia. Sementara aku riuh gaduh bagai rebana yang sedang ditabuh.


Kamu suka berbicara tentang otomotif. Aku berusaha mengimbangi meski sebenarnya tidak pernah benar-benar memahaminya. Seperti kamu pura-pura menyimak saat aku berbicara tentang buku baru, film yang sedang aku tonton, ocehan kepada tetangga yang suka menyetel musik dugem di pagi hari, dan tentu saja banyak keluhan-keluhan tak penting lainnya. Terima kasih kau telah menerimaku dengan tulus selama sebelas tahun terakhir ini. 


Aku menyadari belum bisa menjadi istri terbaik seperti yang kamu harapkan, tetapi kamu tahu aku terus belajar. Aku berusaha terus berbenah. Terutama menata mental seorang istri yang hingga kini belum dikaruniai buah hati. Aku sudah mengadu kepada Rasulullah tentang masalah kita. Beliau pasti memahami posisimu seperti saat mendapingi dan mendengarkan suara hati Aisyah tentang masalah yang sama. Kita hanya perlu menunggu. Mungkin sebentar lagi. 


Semoga Allah selalu menjaga hubungan ini dan memandang dengan Rahmat-Nya. Melapangkan sabar kita untuk senantiasa ridha terhadap takdir-Nya. Sebab menikah bukan semata tentang cinta, melainkan ibadah dan bentuk penghambaan terhadap-Nya.