12 April 2018

Akulah Akar Kecil

Selamat ulang tahun, diriku. Akar kecil yang menapaki bumi kini menjuntai menjadi pohon besar. Namun bukan berarti ia telah mampu menggapai langit. Tidak masalah, dedaunan rimbun mungkin bisa menaungi sekitar. Memberi kasejukan pada mereka yang tercinta.

Tangga dua puluh enam adalah angka yang hampir mendekati kepala tiga. Tinggal empat langkah lagi, usiaku sudah bukan remaja. Apakah anak-anak ingin cepat besar lalu disebut sebagai orang tua? Lalu mengapa orang tua sibuk meniru gaya anak muda?

Orang tua memiliki anak. Anak-anak tumbuh menjadi orang tua. Begitulah siklus kehidupan yang di setiap jenjangnya memiliki dunia sendiri. Dunia yang tak mampu diulang kembali.

Maka resapi apa yang terjadi saat ini. Titi yang tak mungkin dijalani balik. Buang segala yang menyesakkan. Redam segala kekalutan. Lemparkan kesedihan ke dalam jurang paling ngarai. Biar ia musnah dalam balutan duri-duri kegelapan.

Tutuplah pintu ingatan pada hal buruk. Kunci serapat mungkin agar tak ada celah bagi gelisah untuk menjajah. Bebaskan batin untuk menduduki tahta tertinggi di singgasananya. Biarkan ia berkuasa menjadi pemimpin bagi jalan masa depan.

Aku meyakini di sekitarku banyak orang-orang baik yang diam-diam mendoakanku. Maka apa yang perlu dikhawatirkan dari secuil ujian? Doa-doa mereka adalah yang terbaik, yang kan membantuku meraih bola impian. Teruslah mengalir, wahai kebaikan.

Selamat ulang tahun, diriku. Akar kecil yang menapaki bumi kini menjuntai menjadi pohon besar. Semoga ia benar-benar rindang, meski belum mampu memberi buah manis untuk makhluk sekitar yang menunggu. Aku juga masih menunggu.