05 Agustus 2023

Teladan Spiritual Om Akbar


Genap sembilan bulan sudah usia toko sembako Alfatihah yang dirintis suami atas dukungan penuh dari sahabatnya, Om Akbar. Beliau memberikan pinjaman barang dari tokonya (toko Merah) secara cuma-cuma terhadap suami. Kami berangkat hanya bermodalkan bismillah dan keyakinan penuh bahwa berniaga adalah pekerjaan mulia seperti dicontohkan Nabi. 


Meski pendapatannya tidak sebesar toko di perantauan, kami cukup bersyukur, sebab membuka 'warung Madura' di Madura adalah impian suami sejak lama. Awalnya saya tidak setuju, mengingat cerita kebangkrutan toko orang tua kami yang bahkan mati suri berpuluh tahun lamanya. Apalagi, waktu itu kami dalam keadaan tak cukup modal untuk membuka usaha lagi. 


Pendapatan terbesar kami hanya berasal dari usaha kecil konter dan aksesoris hp. Sebelum merintis bisnis tersebut, suami pernah berencana membuka usaha laundry di Sumenep kota. Di pelajarilah segala hal yang berkaitan dengan dunia binatu itu, mulai dari teknik pencucian, tagging barang, pengemasan, bahkan kami juga mengkalkulasi pengadaan alat. Namun rencana itu buyar karena suami menimbang bahwa saya tak akan sanggup berpayah-payah mencuci banyak pakaian orang, sementara cucian sendiri menggunung setiap hari. 


Kami balik badan, beralih membuka usaha konter hp di pasar Ganding. Tepatnya di toko tingkat milik seorang famili yang dari dulu memang berharap salah satu ruangnya dapat dikelola kalangan keluarga sendiri. Saat ini, bangunan tersebut telah berpindah tangan kepada saudagar kaya berasal dari kampung Ronganyar, Ganding. 


Bersamaan dengan pergantian pemilik gedung, transaksi penjualan menurun drastis sejak bermulanya pandemi Covid-19 sekitar tiga tahun yang lalu. Pasar online mulai menguasai perdagangan tanah air. Munculnya tiktokshop denga fitur COD (Cash on Dilevery) juga sangat berpengaruh pada pola belanja masyarakat karena dinilai lebih mudah dan praktis. Dampaknya sangat kami rasakan sebagai pedagang offline. 


Suami mulai cemas memikirkan pendapatan usaha kami yang tidak stabil. Ia mengutarakan keinginannya membuka usaha baru. Pilihannya ada dua, kuliner atau cabang baru konter hp di lain daerah. Kedua pilihan itu tidak berjodoh untuk kami garap. 


Saat kondisi semakin genting, Om Akbar datang sebagai aktor dalam plot twist hidup kami. Perjumpaan beliau dengan suami tahun 2018 di komunitas IPCI (Isuzu Panther Community Indonesia) terjalin sangat baik. Bukan hanya karena lokasi desa kami yang bersebelahan, tetapi lebih kepada sikap hangat Om Akbar dalam menyambut suami membuatnya merasa memiliki saudara laki-laki. 


Memang benar kata pepatah Madura, "gala perreng, perreng gala" (Famili kadang seperti orang lain, sementara orang lain berasa famili). Perjalanan hidup kami pun membawa kepada orang asing yang justru lebih memahami emosi dan rahasia terdalam kami melebihi keluarga sendiri. Itu semua kami yakini sebagai cerita yang bukan kebetulan terjadi. 


Pada akhirnya, saya menyetujui niat suami membuka usaha dengan modal penuh dari Om Akbar. Dengan harapan semoga usaha yang tengah kami jalankan menuntun kami pada kebaikan-kebaikan. Puncaknya, semoga teladan spritual seperti dicontohkan Om Akbar dapat kami gugu dan tiru. 


2 komentar:

Anonim mengatakan...

Semoga lancar usahanya mba Ummul, Mabruk!

Anonim mengatakan...

semoga diberi kelancaran sadheje, ummul sekeluarga.