Nenek
saat lirik dongengmu kau dendangkan
sebelum tidur,
mataku gerimis melihat harap yang begitu bercit-cita
Nenek
kutahu inginmu hijaukan kota
tapi kini kota kita telah terbakar
oleh asap pabrik
dan asap yang keluar dari kenalpot para pejabat laknat
Nenek
jangan menangis lagi
sebab setiap tetesan itu
semakin membuat kota kita luka
Nenek
bila dulu kau bangga pada lentera merah
karyamu yang bertahta
maka sekarang maaf dariku
karena tak bisa berantas lampu-lampu neon
yang berdiri sombong di pinggir jalan
Nenek
harapmu begitu harap
tapi di kota kita
aku hanya sebongkah batu
yang tak punya teman tuk damaikan alam
Nenek
andai engkau belum terburu-buru pulang
tentu aku tak sebatang kara
merehab kota kita yang semakin edan
Guluk-Guluk, 16 April 2009
Gubuk Kantor Karang jati
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Genap sembilan bulan sudah usia toko sembako Alfatihah yang dirintis suami atas dukungan penuh dari sahabatnya, Om Akbar. Beliau memberikan ...
-
Niat berkunjung ke rumah Ning An sudah lama saya agendakan. Seorang teman yang saya anggap guru karena segala apa yang terucapkan dari belia...
-
Tidak ada hidup yang instan. Semua berjalan mengikuti arus perjuangan. Langkah macam apa yang kita ambil turut menentukan hasilnya di masa d...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar