19 Februari 2023

Ngeblog, Yuk!


Ketekunan saya mengelola blog di era milenial yang kaum mudanya berkutat di tiktok tak membuat mentalitas saya melemah. Justru karena blogging adalah hal menyenangkan bagi saya, maka tak ada target atau apapun yang membuat saya berharap dapat banyak pengunjung dan atau dimonetisasi. Meski sebenarnya hal itu sangat mudah diupayakan, tetapi saya malas dengan formalitas dan target. 


Menulis catatan bagi saya adalah terapi terbaik dalam menyikapi kejenuhan hidup atau luapan emosi terdahsyat ketika opsi media sosial lain tak mampu memberikan ruang privasi. Kebiasaan ini saya tularkan kepada siswa saya lewat materi Teknologi Informatika yang saya ampu di sekolah dan kebetulan merangkap dengan materi Bahasa Indonesia. Tugas menulis materi Bahasa Indonesia kemudian dipublikasikan di blog siswa setiap pekan dan dapat saya nikmati dengan mudah dari rumah. 


Memahami karakter siswa jelas bukan hal yang mudah. Apalagi menuntun mereka untuk menyukai dunia tulis-menulis. Tanggapan pertama mereka adalah penolakan. Mereka seperti tertekan. Tetapi melalui latihan-latihan kecil menulis catatan harian setiap minggunya, lama-lama mereka mulai terbiasa. 


Stimulus pertama yang saya berikan adalah latihan mendeskripsikan teman sebangku. Dengan antusias mereka menulis bahkan melebihi target. Ada beberapa siswa sebangku di kelas akhir yang ternyata tidak bisa menahan air matanya ketika saling membacakan catatan pengalaman kebersamaan selama kurun waktu tiga tahun. Latihan kecil semacam itu ternyata berhasil menumbuhkan minat menulis mereka. 


Sekolah kami, di SMA 3 Annuqayah juga memiliki program penunjang literasi berupa Perpustakaan Masuk Kelas. Pihak perpustakaan memilih buku atau tulisan esai terbaik setiap minggu dan membawanya ke ruang kelas untuk dibaca siswa. Siswa yang mampu menjadi pererensi buku terbanyak akan terpilih menjadi juara untuk kemudian diberi hadiah saat upacara berlangsung. 


Kiai Naqib Hasan berkomentar dalam upacara HUT RI tahun lalu, bahwa beliau merasakan karakter yang terus hidup sehingga sekolah kami, rasanya seperti sekolah yang ada di novel-novel. Terutama semangat literasi kebahasaan, literasi lingkungan, dan literasi kemanusiaan menjadi ciri khas yang beliau rasakan. Komentar beliau menjadi energi baru dan selalu terkenang manis di kepala saya. 

Tidak ada komentar: