05 November 2022

Cinta Tuhan yang Menyatukan

Berziarah pada orang pulang haji atau umroh, tak jarang kita mendengar cerita aneh. Biasanya sesuatu yang berkaitan dengan hal ghaib. Kadang berupa terkabulnya doa secara spontan, kelucuan, atau malah penampakan balasan amal buruk. Ada yang menanggapinya dengan ketakutan berlebihan, ada pula yang mengabaikan. 


Ragam cerita itu, biasanya dikisahkan dari masa ke masa. Seperti yang paling populer, seorang awam yang dulu di rumahnya masih menggunakan lampu 5 watt dimampukan berhaji. Sesampainya di Mekah dia terkejut mendapati gemerlap lampu benderang lagi banyak. Ketika dia tiba di pelataran masjidil Harom dan melihat Ka'bah, kemudian dia berujar, "Pantas saja lampu di sini terang tak terkira, lha wong akinya sebesar ini." pikirnya sambil menunjuk Ka'bah. 


Cerita kedua, saya dengar langsung dari seorang famili sepulang umroh. Beliau berkisah mendapat perlakuan istimewa di Mekah. Saya bertanya apakah gerangan? Beliau menjelaskan bahwa di hotel ia dibawa terbang malaikat ke atas dan ke bawah. Saya masih heran. Mungkinkah beliau bisa terbang? Usut punya maksud, ternyata yang beliau ceritakan adalah elevator. Gemas sekali. 


Ada banyak kisah lain yang kadang kita dengar dari mulut ke mulut atau secara langsung. Pastinya kita harus menyikapinya dengan bijaksana. Jika itu berupa ketakutan akan nasib kita di sana, maka pasti kita akan memperbaiki amal kita, jangan tunggu sampai tiba keberangkatan. Tapi saran saya, bersiakaplah sewajarnya; jangan terlalu takut, jangan pula terlalu congkak. 


Saya juga punya cerita, satu pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan. Di Madinah, saya jarang berdua ke masjid bersama suami. Selain karena kamar kami memang terpisah, suami lebih sering membantu mendorong jamaah rombongan kami, namanya bapak Wahyuni. Beliau memang tidak lumpuh, hanya lemah karena patah tulang. Suami yang dari sananya memang memiliki empati tinggi, saya perhatikan selalu bersama bapak Wahyuni. 


Di Mekah, kami juga jarang berdua. Setiap kali melihat pasangan bersama-sama, hati saya bergetar oleh perasaan iri. Semakin hari, semakin sering saya jumpai pasangan bersikap romantis. Pernah saya temui ada yang pegangan tangan di eskalator jalan menuju pulang ke hotel. Pernah pula saya melihat seorang suami tengah merangkul istrinya saat bertawaf.  


Sore itu, selepas shalat ashar, saya berniat melakukan tawaf sunnah. Memulai berniat dari lampu hijau lurus dengan hajar aswad dan berputar mengikuti arus. Terdengarlah doa-doa dipanjatkan dengan khusuk dan penuh penghayatan. Kedua telinga hanya mendengar doa, mulut sendiri merapal doa, dan mata menyaksikan betapa orang-orang larut dalam lautan doa. 


Saat berdesakan, di hadapan saya ada pasangan saling merangkul. Cepat-cepat saya dahului dengan bergeser ke arus putaran terdalam. Pada putaran ketiga, saya menjumpai pasangan lain tengah saling melindungi. Dada saya penuh oleh perasaan aneh. Saya menangis bukan lagi khusuk berdoa, melainkan meratapi perasaan kesendirian. 


Muncul bayangan tentang kesendirian di dalam kubur, menciptakan perasaan tak karuan. Saya menyadari sepenuhnya sesungguhnya kita memang selalu sendiri. Orang-orang yang datang ke dalam hidup kita, mencintai dan melindungi kita, hanya sebentuk rahmat Tuhan untuk memperindah kisah kesementaraan. 


Cukup lama pikiran saya mengurai tentang kesejatian diri, sampai secara tiba-tiba saya dikejutkan oleh tepukan di bahu kanan. Sontak saya menoleh dan mendapati suami merangkul saya dari belakang. Saya masih kebingungan merangkai isi hati, keinginan kuat, dan betapa cepatnya Tuhan mengabulkan. 


Baru saja saya berpikir tentang betapa bahagianya pasangan bisa bertawaf bersama seraya saling melindungi, Tuhan lalu mengabulkan keinginan saya di putaran kelima. Tangis saya pecah membuat suami kebingungan. Ia menepuk bahu saya sambil terus khusyuk membaca doa.


Tiba di rukun yamani, kami membaca doa sapu jagat bersamaan. Terbuai oleh perasaan haru dan sesuatu yang tidak bisa di bahasakan. Kami lalu mengecup tangan dan melambaikannya pada hajar aswad. Betapa itu seperti perjumpaan pertama kami. Saya merasa dilahirkan kembali oleh cinta. Cinta Tuhan yang menyatukan. 


05 November, 2022

Tidak ada komentar: