11 Juni 2021

Surat Ucapan Terima Kasih untuk Suami


Suamiku Muhammad Isni Habibi,

Ketika menyapu beranda rumah, aku tertegun lama seperti disapa debu, remahan krupuk dan rombongan semut yang pasrah didorong rumbai sapu untuk menyingkir. Mereka seperti mengantarkan dejavu pada peristiwa sedih di masa lalu; aku dan impian menjadi pengantin di pelaminan yang indah.


Tetapi aku kembali tersenyum sembari mengingat petuah Nyai Ramlah, pengasuh Pondok Pesantren al-Karawi sore itu, ketika aku sowan dengan Bak Fatiya. Betapa pesta pernikahan adalah awal dari kusutnya benang utang piutang. Betapa menggelar pesta terlalu mewah akan menggiring seseorang dalam kubangan nestapa tak berujung.


Aku tak mau munafik, menjadi raja dan ratu sehari memang terlihat mengesankan, tetapi budaya catat-mencatat barang bawaan di pesta itulah yang dawuh Nyai Ramlah menjadi masalah. Utang itu akan dibebankan kepada si pengantin saat orang tua mereka meninggal dunia. Dan begitu seterusnya buku catatan 'ompangan' (ompangan merupakan tradisi masyarakat Madura untuk saling membantu meringankan beban dengan sistem pinjaman dalam bentuk yang disepakati) dalam hajatan akan menjadi warisan kepada anak cucu. Bahkan akan menjadi hal terpanjang dalam sesi hisab di akhirat nanti.


Beliau berkisah tentang seorang kiai dalam prosesi serah terima amal di akhirat. Sang kiai terjerat utang dalam pesta pernikahan anaknya, pesta tujuh bulan kehamilan anaknya, juga walimatul akikah cucunya. Terjadilah percakapan menegangkan antara kiai dan malaikat.


Sang kiai bingung harus membayar dengan apa utangnya di akhirat, sebab harta di dunia sudah tidak berfungsi. Maka malaikat menjawab amalnyalah yang bisa ia bayarkan. Setelah semua amalnya masih tidak cukup untuk membayar utang pada tukang sewa pengeras suara, tukang tenda terop, dan tukang cuci piring, kiai bertanya harus membayar dengan apa. Malaikat bertanya kepada Tuhan untuk memutuskan perkara. Tuhan memerintahkan agar dosa yg diutangi dilimpahkan pada kiai. Ending yang sungguh memilukan karena sang kiai akhirnya harus dicuci-keringkan di neraka.


Mengapa Nyai Ramlah menokohkan seorang kiai dalam cerita beliau? Barangkali hanya sebagai gambaran bahwa kiai yang merupakan kasta tertinggi di masyarakat karena kealiman dan ketawadukan, masih memiliki kekhilafan dan dosa-dosa yang diperhitungkan, apalagi masyarakat awam yang berkutat dalam budaya ompangan secara turun temurun. Mengenai keabsahan kisah tersebut dari kitab mana, aku tidak sempat bertanya.


Pungkasan dari Nyai Ramlah adalah saran sebaiknya jika diundang sanak famili dan tetangga yang hendak menggelar pesta atau hajatan bawalah semampu nya saja. Jika ikhlas dua sampai tiga kilo beras tak perlu memaksakan diri membawa setengah kwintal. Tak perlu mengedepankan gengsi untuk menunjukkan kemampuan yg melebihi batas gaya hidup. Cukuplah pada garis kemampuan agar kelak tidak memberatkan diri dan anak cucu.


Suamiku,

Menyimak kisah dari Nyai Ramlah, mendadak aku bersyukur sedalam-dalamnya sebab Tuhan merencanakan beberapa hal indah yang baru bisa aku sadari belakangan. Barangkali sudah Dia persiapkan jauh sebelum kelahiranku. Salah satu berkah terbesarNya adalah mengirimmu ke dalam hidupku yang memintaku menikah dengan acara tasyakuran sederhana. Sebagai gantinya kau tunaikan biaya pesta untuk ongkos ke tempat yang diimpikan seluruh kaum muslimin. Berkah lainnya aku terbebas dari warisan catatan ompangan seperti diwariskan oleh banyak orang tua untuk anak-anaknya.


Rasa syukurku tidak pernah akan menemui batas, sebab kamu berhasil menjadi imam yang bertanggung jawab atas hidupku. Setelah kepergian ayah dan ibuku, statusku adalah yatim piatu. Kamu lalu menjelma menjadi ayah, suami, sahabat dan kadang-kadang juga menunjukkan kehangatan seorang ibu.


Berkali-kali sudah aku ucap terima kasih untukmu, terutama menjelang tidur. Sebelum pulas aku terbiasa memandangmu dan berterima kasih meski kamu sudah terpejam. Tetapi rasa terima kasihku seperti selalu tidak cukup.


Maka kutuangkan doa-doa terbaik untukmu di waktu mustajab. Terutama hari ini, 14 Juni 2021, tepat di hari ulang tahunmu yang ke-30. Semoga Tuhan panjangkan usiamu, berkahi hidupmu, bahagiakan hari-harimu, lancarkan setiap perjuangnmu dan mempersiapkanmu menjadi calon ayah yang kelak mampu mendidik anak-anak kita dengan disiplin dan penuh cinta.


Salam hangat dari istrimu,

Ummul Karimah.

Diposting pada 11 Juni untuk persiapan 🤣





Tidak ada komentar: