Dalam dimensi sudut barzah
Buyutku berlingdung pada stomata daun pakis
yang berjejer rapi menghias kali bening
lumut lumut basah oleh ludah
Berhentilah meludah!
Buyutku memang hanya menantu
tapi ia juga raja
yang memenda selendang rakyat
dari tanah ke atas bahu
Buyutku yang agung,
Adakah dulu kau melepas diri dari materi?
Memecahnya bersama pecah
Mengirisnya bersama iris
Adakah kau melebur materi bersama tanah?
Menguburnya dalam lemari
Menginjaknya dengan kepala
Buyutku,
Semoga kalu tak lagi materi
Sebab materi adalah bahan bakar neraka
Guluk-Gulu, 19 Februari 2010
Yang berharap membus sejarah dan waktu
Yang berharap bertemu dengan buyutnya
05 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Genap sembilan bulan sudah usia toko sembako Alfatihah yang dirintis suami atas dukungan penuh dari sahabatnya, Om Akbar. Beliau memberikan ...
-
Niat berkunjung ke rumah Ning An sudah lama saya agendakan. Seorang teman yang saya anggap guru karena segala apa yang terucapkan dari belia...
-
Tidak ada hidup yang instan. Semua berjalan mengikuti arus perjuangan. Langkah macam apa yang kita ambil turut menentukan hasilnya di masa d...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar