13 April 2016

Renungan Ikan-Ikan

Apakah aku bagian dari ikan-ikan teri yang terdampar di laut maya? Mungkin salah, aku lebih suka disebut nelayan yang menjala ikan dan melepaskannya kembali dalam buai lautan.

Ikan-ikan yang hidup dalam dunianya lebih memungkinkan bahagia ketimbang berkorban melenyapkan rasa lapar. Maka makanlah yang baik, yang tumbuh di sisimu dan buanglan segala ketidaknyamanan.

Ibu guru menyuapi muridnya dengan apa? Berpikirlah berkali-kali tentang sesuatu yang akan kau bagikan. Jika hanya perasaan, laporan keseharian, dan berita pribadi, kau kunci saja dalam lemari. Lebih aman dan dapat kau kenakan kembali.

Berbagilah apa yang pantas! Maksudku, ikanteri perempuan tak menutup kepalanya. Gerai pesonanya ungkapkan rahasia. Hanya sesekali saja foto selfi dengan hijab berjemaah pada cosplay merk racun. Memangnya apa yang membanggakan?

Ikan-ikan malang menjadi santapan ikan liar yang mengendus lalu tertawa-tawa. Nikmatilah indahmu di cermin! Karena sekarang alis daun akasia bisa dibeli di pasaran. Lalu untuk apa ikan lohan menggelar gaya dalam konser tak berpenonton? Lokan yang palsu, rumput laut buatan, dan segala warna yang menipu.Tak cukupkah semua itu membuatmu haru. Kasihan...

Aku menatap ikan-ikan yang terdampar di laut maya. Apa aku bagian dari mereka? Yang menuliskan keresahan diri dalam bentuk renungan ini? Oh, mungkin ya, mungkin juga TIDAK.

Tambaagung Ares, 25/01/2016.

1 komentar:

M. Faizi mengatakan...

posting lama ternyata...