Mata air air mata kita mengalir pada sungai Februari
Perasaan mendalam yang menuntut malam sebagai saksi
Menjadikan lokan-lokan tak berpenghuni. Sepi.
Oh, Februariku
Telah kucecapi pahit-getir kopi di setiap inci kerinduan
Sendirian
Menumpas perasaan yang menawarkan kesunyian
Kesenyapan
Mengelus ketakutan sebagai lambang perlawanan takdir
Gema nafasmu yang menyerupai takbir
Rapalkan mantra ketidaksiapan
Semakin menyakinkan bahwa kau sebongkah keputusasaan
Februariku,
Air mata kita tak pernah pengecut
Ia jelma untuk kita memilih: simpan atau buang
Tawaran ini egois bukan?
Bila tidak demikian hidup bagai gemawan
Arah mata angin tak membentangkan tujuan
Wahai engkau Februariku,
Bila cinta dan maut selalu misteri dalam kehidupan
Lalu mengapa di antara kita hanya ada air mata yang tumpah atas nama kesia-siaan?
Kumohon hentikan!
Berikan saja aku sebongkah kejujuran
Untuk mencumbui setiap helai kebohongan
Meski keduanya adalah satu kesatuan yang menjijikkan.
Mushalla Karang Jati, 27 Februari 2011
Langganan:
Postingan (Atom)
-
Dalam hidup kita membangun sebuah cerita. Ketika cerita itu berlalu ia berubah nama menjadi kenangan. Masing-masing kita memilikinya. Namun...
-
Selama menikah, kejutan dari suami hampir bisa dihitung jari. Bagi saya yang memang agak sedikit cuek dengan hadiah, itu adalah hal wajar. N...
-
Minggu ini saya sangat tertarik untuk membahas soal skincare bagus yang baru saya temukan. Saya mendapat rekomendasi dari seorang kawan yang...