Percaya atau tidak, salah seorang tetanggaku sering diganggu makhluk halus. Tubuhnya menyerupai gerandong dalam serial Misteri Gunung Merapi. Makhluk itu tidak berbulu, melainkan berkulit kasar seperti sisik reptil. Badannya sebesar king kong dewasa.
Saban malam makhluk itu muncul di jam yang sama, saat jarum jam mengarah angka 03.00 WIB dini hari. Kehadirannya selalu dibarengi dengan bunyi burung perkutut. Bunyi itu bagai alarm agar si pemilik rumah siaga.
Mula-mula ibu D dikagetkan dengan suara hentakan orang dewasa bernada sumbang. Ia membangunkan suaminya, mengira ada maling. Saat diperiksa, di luar ada bayangan tiga kali lebih besar dari tubuh manusia. Bayangan itu mendekat menembus pintu ruang utama. Ia berubah wujud menjadi king kong. Wajahnya seperti bingung mengendus benda-benda.
Ibu D gemetar di balik pintu kamarnya saat merasa makhluk itu mencari dirinya. Sementara pak F, suaminya, tetap berusaha tenang meski si istri tahu di balik sikapnya, ia memiliki kecemasan yang sama. Keduanya berusaha tak bersuara.
Makhluk itu menyembulkan taring tajam ketika menganga. Seperti telah menemukan mangsa ia mengangguk-angguk berjalan gontai menuju sasaran. Dalam sekejap tubuh ibu D dan bapak F tak bisa digerakkan. Hanya saja mereka berdua sadar bagaimana makhluk berkulit kasar itu meraba tubuh mereka.
Bapak F teringat untuk membaca ayat kursi. Badannya bergetar seperti kena setrum. Saat tubuhnya kembali normal, ia mengambil sapu lidi dan memukulkannya ke tubuh makhluk itu. Namun tindakannya tak berpengaruh. Bahkan si genderuwo mesum itu terus meraba tubuh ibu D.
Merasa kesal, dalam kondisinya yang tak punya wudhu, bapak F memberanikan diri menyentuh al-Quran dan membacanya secara acak. Tentu saja genderuwo itu semakin tertawa-tawa karena bacaaanya yang belepotan. Pak F tak kehilangan cara. Ia membaca amalan dzikir yang ia tahu sebagai pengusir makhluk halus. Namun seperti anak nakal, sosok besar menjulang di hadapan pak F itu terus dan terus saja berkasi. Tubuhnya berguling-guling riang. Sesekali tangannya menampilkan gerakan tari.
Barulah setelah subuh tiba, makhluk itu sirna. Ia ketakutan mendengar suara adzan dari corongan TOA. Pak F sadar satu-satunya cara yang lupa ia coba adalah adzan. Kini ia lega mendapati istrinya tak terluka sedikit pun. Meski tak dapat dipungkiri, kondisi psikis mereka kini tidaklah baik-baik saja.
Pada malam-malam berikutnya makluk itu datang dengan cara-cara yang tidak sama. Pernah secara tak terduga tubuh pak F diangkat tinggi-tinggi. Istrinya heran dan akhirnya ia percaya bahwa adegan-adegan aneh dalam sinetron misteri di televisi itu bukanlah karangan tapi hasil pengalaman. Tersebab bu D tahu kelemahan makhluk itu adalah adzan, maka ia mencobanya. Benar saja, makhluk itu mengempes seperti balon bocor dan menghilang bersama angin.
Selama hampir setahun pak F dan bu D mengalami penyiksaan mental. Mereka merahasiakan kejadian itu dari para tetangga. Tetapi dari cara mereka menghuni langgar bambu di samping rumahnya mengundang tanya orang-orang. Dari kecurigaan itu, terkuaklah rahasia besar yang membuat seluruh warga simpati.
Mengikuti saran dari tetangga, pak F dan bu D mencari orang sakti untuk mengusir makhluk jahat itu. Betapa herannya mereka saat mbah dukun menyatakan bahwa sosok yang mengganggu mereka adalah makhluk jadi-jadian. Seseorang yang jahat telah menaruh guna-guna dengan mengganti satu gentingnya dengan genting atap keranda.
Seingat mereka, selama hidup belum pernah punya musuh. Ada orang iri pun rasa-rasanya tidak mungkin, mengingat hidup mereka jauh dari kata sejahtera. Mereka berdua hidup apa adanya.
Rumah yang mereka huni tidaklah mewah. Hanya bangunan tua, sempit dan memiliki dua kamar. Anak sulung mereka ikut istrinya dan si bungsu merantau ke pulau Dewata. Hanya ketika lebaran saja mereka punya kesempatan berkumpul. Maka jika ada yang dengki dengan keluarga mereka, kemungkinan besar karena kesuksesan atas usaha anak gadis mereka di Bali.
Maka untuk mengatasi masalah yang meninpa keluarga pak F dan bu D, didatangkanlah orang sakti ke lokasi. Secara rahasia, genting itu diambil oleh orang yang ahli mengambil guna-guna. Rumah mereka kembali aman. Tetapi, trauma yang menyiksa selama ratusan hari membuat pak F dan bu D tak nyaman lagi tinggal di rumah itu.
Dibuatkanlah rumah untuk mereka oleh anaknya bungsunya. Pada masa pembangunannya, Pak F dipanggil oleh Yang Kuasa. Penyakit liver yang dideritanya mengantarnya pada ajal. Kini bu D tinggal bersama cucunya yang berusia tiga tahun.
Dalam kesepiannya ia merasa takut jika secara tiba-tiba makhluk jadi-jadian itu kembali menganggunya yang kini kehilangan pelindung. Ia bahkan sering menanangis sendirian saat mengenang masa-masa menyedihkan bersama suaminya. Terpancar raut yang lebih dalam dari luka di matanya ketika ia menceritakan secara rinci kepadaku, waktu itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar