Memasuki dunia kampus, rasanya seperti akan mengasah
kereativitas menulis dan memperluas wawasan dengan koleksi bahan kepustakaan
kampus yang melimpah. Nyatanya tidak demikian. Buktinya, dalam hal menulils
saya lebih produktif pada masa SMA. Jika dalam seminggu di SMA saya
menghasilkan minimal enam tulisan, di kampus malah menurun menjadi satu sampai
dua tulisan. Itu pun kualitasnya saya rasa lebih berisi tulisan semasa SMA.
Suatu penurunan drastis yang membuat saya bertanya “ada apa” kepada diri sendiri.
Saya
mencoba mencari jawaban untuk pertanyaan itu. Ternyata hal mendasar yang saya
rasakan adalah penurunan semangat. Motivasi memang tidak muncul dari diri orang
lain melainkan dalam diri kita sendiri, tetapi lingkungan juga menjadi senjata untuk
mempengaruhinya. Dan memang, SMA 3 Annuqayahlah yang telah mendorong saya untuk
bergiat dalam hal kepenulisan. Di sana ada banyak kawan yang menjadi lawan saya
untuk bertarung dari berburu berita, menulis laporan kegiatan, menulis catatan
harian, cerpen, puisi, dan jenis tulisan lainnya.
Di
antara kawan-kawan yang saya maksud itu adalah Nujaimah, Eka, Izul, Anisah,
Sakinah, Khazinah, dan masih banyak yang lainnya. Tetapi kini, muncul
pertanyaan susulan yang kedua, ketiga, keempat, dan selanjutnya: di mana
tulisan mereka saat ini? Apakah mereka masih menulis tetapi saya tidak
mengetahuinya karena kini kami berbeda kampus? Ataukah karena memang tidak
dipublikasikan? Bahkan jangan-jangan mereka sudah tidak menulis lagi?
Hanya
mereka yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Saya hanya ingin menerka
jawaban untuk pertanyaan yang terakhir yang lebih mirip dugaan. Hanya ingin
mengira-ngira saja barangkali jawabannya sama dengan masalah yang kini tengah
saya perangi. Tetapi saya berharap, tanpa memedulikan jurusan yang dipilih,
semangat menulis harus terus dipupuk sehingga prosesnya tak pernah putus.
Sebenarnya
tak hanya lingkungan saja yang menjadi alasan. Ada beberapa hal lain yang juga
menjadi faktor menurunnya semangat menulis saya di dunia kampus, yaitu tingkat
kerajinan saya dalam membaca. Perpustakaan Madaris III Annuqayah banyak
menyuguhkan bacaan meranarik yang membuat saya merasa rugi jika tidak
mengunjunginya. Di perpustakaan yang pembenahannya dimulai pada tahun pelajaran
2006/2007 itu juga mempunyai banyak program yang unik dan menarik. Di antaranya,
Klub Menerjemah untuk siswa dan santri yang gemar menerjemah (kini klub
tersebut menghasilkan karya berjudul “Nasruddin si Cerdik”, Book Club yaitu
kegiatan mendiskusikan buku-buku baru, Pembacaan Cerpen atau Fragmen Novel, Apresiasi
Film setiap hari Jum’at untuk mengisi waktu libur siswa dan santri, dan ada
pula BUCUR (buku curhat) untuk berbagi tentang buku menarik yang pernah dibaca
dan mengajak teman-teman lain untuk juga membacanya.
Kegiatan-kegiatan
itu tak lagi saya temukan di dunia kampus sekalipun saya menjadi pengurus UKM
Lembaga Pers Mahasiswa (LPM). Dalam lembaga yang saya geluti itu, saya dan
kawan-kawan hanya sibuk dengan kegiatan monoton yang diwariskan pengurus
senior. Pada semester VI kali ini saya sudah tak seaktif semester awal. Ada
beberapa kesibukan lain di rumah yang membuat saya jarang berada di kantor
Keluarga Besar Mahasiswa (KBM). Dan saya semakin merasakan betapa perjalanan
kepenulisan saya terkatung-katung.
Karena
menyadari kini saya jarang menulis, maka beberapa hari yang lalu saya mencoba
membuka weblog saya untuk membaca tulisan-tulisan lawas. Mula-mula saya
merasakan manfaat proses kreatif saya semasa SMA, selanjutnya ketika seorang
kawan berkomentar menanyakan perihal postingan baru, ada perasaan malu yang
membuat saya bertanya-tanya, “jika dulu
saya bisa menulis sedemikian tekunnya, mengapa kini setelah saya kuliah saya
malah semakin nakal?”. Kini saya mendapatkan jawabannya, “jangan membuat bejibun alasan untuk tidak
menulis. Di sekolah atau di kampus sama saja. Tergantung seberapa gigih diri
ini memerangi kemalasan dan menekuni proses”. Selamat menulis!
2 komentar:
setidaknya, posting ini menunjukkan bahwa kamu masih menulis, meskipun sudah hampir bukan penulis. sebab, penulis itu adalah mereka yang istiqamah menulis, bukan sesekali menulis :)
Terima kasih atas apresiasinya yang menampar pipi kanan dan kiri saya, Ra.
Selanjutnya tidak akan ada ceritanya blog ini mati suri lagi. :))
Posting Komentar