“Lelaki dalam peta rahasia itu, kini telah berdansa denganku. Kami telah menyatu bersama nada-nada yang terdengar ke seluruh penjuru tata surya.”
Aku
tidak pernah mengira bahwa surat untuk masa depanku telah benar-benar sampai di
tanganmu secepat ini. Yang aku kira keinginan untuk menuliskannya sepertinya
memang panggilan sebuah doa. Mungkin doamu untuk berjumpa denganmu atau doa
kita yang sama dan serentak mendapat tiupan jawab dari Tuhan.
Sebenarnya,
aku sempat tak percaya bahwa lelaki itu adalah kamu. Kamu yang hanya seorang
sahabat tempatku berbagi segala yang kupunya dan menerima segala apa yang kau
kata. Tetapi aku segera sadar bahwa hati ini telah dipilih olehmu.
Aku
tidak pernah menyesal bahwa kamu tidak seperti yang kuharpkan. Tetapi aku
selalu bersyukur ternyata kamu datang dengan memberikan segala yang kubutuhkan.
Kamu memang tidak pandai bermain gitar, tetapi dari tanganmu mengalir irama
alam yang membelai telingaku dengan lembut. Irama itu sesekali muncul saat aku
tengah menghadapi persoalan yang rumit dalam keluarga ini. Ia menjadi semacam tawa
anak-anak yang mucul dari udara. Kadang pula menyerupai nyanyian burung-burung
di taman rahasia kami.
Kini,
aku telah bersamamu. Menjadi bagian dari hidupmu, menjadi irama detak
jantungmu, selalu.
Gubuk
Cerita, Desember 2012
1 komentar:
semoga sakinah mawaddah dan rahmah. jhek atokaran yeh... hehehehehee...
Posting Komentar