“Rencanakan dengan tepat,
Cho! Kelak ketika telah sampai waktunya, kau akan merasakan betapa ajaibnya ada kehidupan
lain di perut kita.”
Demikian bunyi pesan singkat dari seeorang kawan dekat saya yang
sedang hamil. Saya menjadi berpikir betapa meruginya mereka yang
menunda kehamilan. Alangkah bodohnya mereka yang
tak mau hamil karena takut berat badan mereka bertambah. Dan apakah hanya karena seorang bocah
yang akan meruskan kehidupan kita, kita menjadi merasa rugi mengorbankan kemewahan yang
bersifat kesementaraan?
Barangkali memang benar bahwa pekerjaan yang paling
menyenangkan bagi si pemalas adalah berkhayal.Tetapi si pemalas tak salah jika ia meluangkan banyak waktunya untuk berkhayal
yang mengasyikkan. Dan hal yang paling
sering menjadi tema setelah si pemalas menjadi seorang istri adalah menanti kehadiran seorang anak.
Ia yang akan mengisi hari-hari tuanya kelak.
Mendoakannya ketika ia telah berpulang keharibaan-Nya. Bocah mungil yang
akan melanjutkan langkahnya dalam kehidupan setelah kepergiannya.
Lihatlah ke sekeliling! Mereka yang
tak berkesempatan memiliki seorang anak berkata bahwa terasa berat meninggalkan dunia fana untuk menuju alam selanjutnya,
sebab tak ada yang akan mengiriminya sebingkis doa untuknya yang kesepian di
alam baka. Ia tak dapat menciptakan penerus yang lebih baik darinya, yang
akan menegakkan kebenaran.
“Aku merindukan bocah
yang akan memanggilku Ibu dan memanggilmu Ayah. Aku merindukan tangan kecil yang
akan mencium tanganku dan tanganmu. Aku menantikan hidung mungilnya yang
‘kan mengecup keningku dan keningmu. Aku ingin ia segera hadir dengan segala tingkah kelucuannya…”
Kamar ayah-ibumu, 21 Juli 2013
2 komentar:
Huuuuuuuuaaaaaa... Bakalan menjadi ibu wkwkwkwkwk ga kebayang dehh.
Baiklah, semoga Ummul Karimah menjadi Ibu yang mulia bagi anak-anaknya. Aamiin.
Salam sukses fiddarain.
Zyadah.
lho lho lho...
sudah berisi belum corn..
kasih kabar dunk kalo sudah hamil. aku kan pengen dengar kabar baik darimu.
Posting Komentar