Kemarin siang (20/03/2009) adalah hari menyenangkan sekaligus melelahkan. Saya bersama teman-teman PSG mulung sampah di TPA Annuqayah umum dan TPA Al-Amir. Sungguh begitu indah kebersamaan. Mengingatkan saya pada tahun lalu 22 April 2008. hari itu saya dengan teman-teman PSG juga aksi seperti sekarang. Bedanya hanya dulu kami dibagi menjadi 4 kelompok, sedangkan sekarang karena anggotanya hanya berjumlah 32 maka dibagi menjadi 2 kelompok.
Kami datang untuk menyelamatkan alam. bila difikir memang amat kecil sesuatu yang kami lakukan, tapi bila saya harus memberi harga maka tak dapat saya tentukan nominal karena yang besar berasal dari yang kecil. Suatu yang kami lakukan itu dapat membantu alam yang sekarang sedang menjerit kepanasan.
Ketika sampah yang kami kumpulkan sudah banyak dan kelompok Al-Amir telah datang bergabung ke TPA umum, tentunya kami juga sudah lelah, lalu kami berpose besama dengan 4 pembimbing. Tempatnya di tengah-tengah lokasi TPA. Momen ini adalah momen yang dapat membuat saya mengenang kisah PSG apabila kelak ketika saya tua saya dapat memandangi hasil cetakan fotonya. Momen yang memang cocok untuk diabadikan. Pemulung gaul yang berdiri di atas sampah dan mendongak menghadap langit. Begitu gagah dan penuh harap akan kedamaian alam yang benar-benar tentram. Bila diumpamakan seperti hari nyepi. Tak ada polusi. Pohon menghirup CO2 dan manusia menghirup O2. Proses valid yang justru kini terbalik karena ulah manusia.
Dalam perjalanan pulang kami melewati batu-batu licin tanjakan curam di sebelah timur TPA. Ada yang menjerit hampir jatuh, ada yang tertawa, dan ada pula yang melinangkan air mata haru akan kisah alam yang begitu mengenaskan. Seharusnya memang haru karena alam adalah sahabat dalam suka duka kita.
Sejenak kami beristirahat melepas lelah.menghilangkan dahaga dengan meminum es gulah merah campur kacang ijo. Bersama kami kembali tertawa saling pandang.
Setelah penat berhasil kami usir, maka kami kembali aksi mencuci tumpukan sampah-sampah plastik itu ke kali. Dekat dengan sekolah kami. Rasa lelah yang saya rasa telah hilang mengalir bersama arus di kali itu. Suasana menjadi ramai seperti pasar. Kami main percik-percikan air. Menyenangkan. Seperti kembali pada masa ‘Taman Kanak-Kanak’ lagi. Sekaranglah kesempatan saya untuk kembali bermain-main melepas semua permasalahan hidup.
Acara ini benar-benar melahirkan berjuta manfaat.
Sesuatu yang kami lakukan setelah itu adalah memenuhi panggilan jiwa yaitu makan bersama. Dari tadi pagi perut saya terus mendengdangkan lagu bersyair lapar. Ya, karena paginya saya hanya sarapan mi instant.
Kebersamaan pada saat acara makan bersama berlangsung membuat hati saya tersentuh. Lalu bisikan-bisikan halus mengatakan bahwa saya tak rela jika harus berpisah dengan mereka. Mata yang bening dan indah memancarkan arti persahabatan yang tulus. Tawa yang menggemaskan menumbuhkan inspirasi baru. Merekalah sumber inspirasi saya. Bagaimana bila saya harus berpisah dengan mereka.
Ah. Saya tak boleh hanya memikirkan ini saja.
Karena tenaga telah kembali penuh, maka kami bergegas melanjutkan pekerjaan selanjutnya, yaitu proses penjemuran. Sampah plastik yang sudah kami cuci tadi kini akan dijemur dengan dijahit menggunakan benang. Dalam proses ini saya bersama kawan bernyanyi-nyanyi santai sambil membunuh sepi. Hampir tuntaslah pekerjaan kami, namun kisah ini akan saya abadikan dalam setiap goresan pena perjalanan hidup saya. Selamanya.
Oleh: Ummul Karimah
PP. Annuqayah daerah Karang Jati Assaudah Putri
Kami datang untuk menyelamatkan alam. bila difikir memang amat kecil sesuatu yang kami lakukan, tapi bila saya harus memberi harga maka tak dapat saya tentukan nominal karena yang besar berasal dari yang kecil. Suatu yang kami lakukan itu dapat membantu alam yang sekarang sedang menjerit kepanasan.
Ketika sampah yang kami kumpulkan sudah banyak dan kelompok Al-Amir telah datang bergabung ke TPA umum, tentunya kami juga sudah lelah, lalu kami berpose besama dengan 4 pembimbing. Tempatnya di tengah-tengah lokasi TPA. Momen ini adalah momen yang dapat membuat saya mengenang kisah PSG apabila kelak ketika saya tua saya dapat memandangi hasil cetakan fotonya. Momen yang memang cocok untuk diabadikan. Pemulung gaul yang berdiri di atas sampah dan mendongak menghadap langit. Begitu gagah dan penuh harap akan kedamaian alam yang benar-benar tentram. Bila diumpamakan seperti hari nyepi. Tak ada polusi. Pohon menghirup CO2 dan manusia menghirup O2. Proses valid yang justru kini terbalik karena ulah manusia.
Dalam perjalanan pulang kami melewati batu-batu licin tanjakan curam di sebelah timur TPA. Ada yang menjerit hampir jatuh, ada yang tertawa, dan ada pula yang melinangkan air mata haru akan kisah alam yang begitu mengenaskan. Seharusnya memang haru karena alam adalah sahabat dalam suka duka kita.
Sejenak kami beristirahat melepas lelah.menghilangkan dahaga dengan meminum es gulah merah campur kacang ijo. Bersama kami kembali tertawa saling pandang.
Setelah penat berhasil kami usir, maka kami kembali aksi mencuci tumpukan sampah-sampah plastik itu ke kali. Dekat dengan sekolah kami. Rasa lelah yang saya rasa telah hilang mengalir bersama arus di kali itu. Suasana menjadi ramai seperti pasar. Kami main percik-percikan air. Menyenangkan. Seperti kembali pada masa ‘Taman Kanak-Kanak’ lagi. Sekaranglah kesempatan saya untuk kembali bermain-main melepas semua permasalahan hidup.
Acara ini benar-benar melahirkan berjuta manfaat.
Sesuatu yang kami lakukan setelah itu adalah memenuhi panggilan jiwa yaitu makan bersama. Dari tadi pagi perut saya terus mendengdangkan lagu bersyair lapar. Ya, karena paginya saya hanya sarapan mi instant.
Kebersamaan pada saat acara makan bersama berlangsung membuat hati saya tersentuh. Lalu bisikan-bisikan halus mengatakan bahwa saya tak rela jika harus berpisah dengan mereka. Mata yang bening dan indah memancarkan arti persahabatan yang tulus. Tawa yang menggemaskan menumbuhkan inspirasi baru. Merekalah sumber inspirasi saya. Bagaimana bila saya harus berpisah dengan mereka.
Ah. Saya tak boleh hanya memikirkan ini saja.
Karena tenaga telah kembali penuh, maka kami bergegas melanjutkan pekerjaan selanjutnya, yaitu proses penjemuran. Sampah plastik yang sudah kami cuci tadi kini akan dijemur dengan dijahit menggunakan benang. Dalam proses ini saya bersama kawan bernyanyi-nyanyi santai sambil membunuh sepi. Hampir tuntaslah pekerjaan kami, namun kisah ini akan saya abadikan dalam setiap goresan pena perjalanan hidup saya. Selamanya.
Oleh: Ummul Karimah
PP. Annuqayah daerah Karang Jati Assaudah Putri
4 komentar:
Ok, Ok , Ok
Cobalah buka blogq Adimavie.blogspot.com
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Munkin ungkapan pertama dariku hanyalah kata semangat dan kembanagkan terus kreasimu perbanyaklah bermimpi karena dari mimpi tersebut kita akan memetik sebuah kesuksesan tiada terkira. (Harja El Fakhri)
kamu sukanya nulis apaan??????? salam kreatiffffff
aku sukanya nulis apa saja
yang penting bisa saya tulis
aku tuh netral boy
nulis, nulis, trus ntar jadi apa
ya tergantung kalo udah jadi tuh tulisan, entah jadi apa
genderuwo, sundel bolong, atau apasaja
Posting Komentar